Ramai Kasus Dokter Residen, Perbaikan Sistem PPDS

Ramai Kasus Dokter Residen – Di balik senyum profesional dokter muda yang sedang menempuh Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS), tersembunyi realita pahit yang tak banyak dibahas. Ramai di media sosial, berbagai pengakuan dan curahan hati dokter residen mencuat, membongkar sistem yang selama ini seolah berjalan mulus. Fakta menyedihkan: mereka bekerja nyaris tanpa batas waktu, tanpa kompensasi yang layak, bahkan kadang tanpa perlindungan hukum yang jelas.

Bekerja hingga 36 jam tanpa istirahat, menghadapi pasien dengan segala risiko medis, namun status mereka masih saja “mahasiswa”, bukan tenaga kesehatan yang pantas mendapat hak normatif. Mereka memikul beban sistem kesehatan Indonesia, tetapi hak-haknya seolah dikubur dalam diam slot bonus new member 100. Ini bukan hanya soal beban kerja, ini tentang keadilan yang terus-menerus digadaikan.

Sistem PPDS: Gading Retak dalam Dunia Medis

Sistem PPDS Indonesia terbukti jauh dari kata ideal. Mekanismenya tertutup, biayanya selangit, dan pengelolaannya kerap kali tidak transparan. Masuk ke program spesialis bukan hanya soal kemampuan akademik, tapi juga kemampuan finansial. Ironisnya, setelah masuk, para residen malah dipaksa bekerja penuh waktu, kadang lebih, tanpa kejelasan status dan penghasilan.

Lalu, siapa yang bertanggung jawab? Institusi pendidikan berdalih mereka hanya pelaksana kurikulum. Rumah sakit menyebut mereka mahasiswa, bukan karyawan. Kementerian Kesehatan dan Pendidikan tinggi? Sibuk melempar tanggung jawab ke meja masing-masing. Sementara itu, para residen tetap berjibaku di garda depan, nyawa jadi taruhan, mental jadi korban.

Kolaborasi atau Kompromi?

Sudah saatnya semua pemangku kepentingan duduk bersama, bukan sekadar basa-basi dalam seminar atau forum diskusi kosong athena168. Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan, IDI, dan asosiasi institusi pendidikan kedokteran harus membuat regulasi yang berpihak pada residen, bukan hanya institusi.

Perlu ada peninjauan ulang terhadap status residen: apakah tetap di anggap mahasiswa atau di akui sebagai bagian dari tenaga kesehatan profesional? Jika di anggap tenaga kesehatan, maka hak-haknya wajib di jamin: upah, jam kerja manusiawi, hingga jaminan keselamatan kerja. Jika tetap di anggap mahasiswa, maka sistem pembelajaran harus di rombak agar tidak mengeksploitasi.

Baca juga: https://dailyhotdealsil.com/

Mendesak: Regulasi yang Mengikat, Bukan Sekadar Imbauan

Tanpa regulasi yang mengikat dan kolaborasi nyata lintas sektor, perbaikan sistem PPDS hanya akan jadi wacana kosong. Sementara itu, satu per satu dokter muda akan tumbang, bukan karena kegagalan akademik, tapi karena sistem yang menindas mereka secara sistematis.

Apakah kita mau terus membiarkan mereka menjadi korban dari sistem yang menutup mata? Jika tidak sekarang di perbaiki slot thailand, maka kita sedang menyaksikan kehancuran moral dunia medis dari dalam.