Indonesia – Tahun 2025 menjadi panggung bagi Indonesia untuk menunjukkan ambisi besarnya. Namun, di balik gemerlap rencana dan proyek, realitas yang menghantui tak bisa di abaikan.
Banjir Jakarta: Bukti Ketidakmampuan Mengelola Alam
Awal Maret 2025, Jakarta kembali tenggelam. Banjir yang melanda ibu kota dan sekitarnya menewaskan sembilan orang dan memaksa lebih dari 90.000 warga mengungsi. Kerugian materiil mencapai setidaknya $258 juta. Penyebabnya? Bukan sekadar curah hujan tinggi, tetapi juga pembangunan liar di kawasan penyangga seperti Bogor dan Bekasi yang mengabaikan daya dukung lingkungan. Ini bukan bencana alam semata, melainkan bencana yang di ciptakan manusia sendiri.
#KaburAjaDulu: Generasi Muda Pilih Pergi
Media sosial di ramaikan dengan tagar #KaburAjaDulu. Fenomena ini mencerminkan kekecewaan generasi muda terhadap kondisi dalam negeri. Tingginya biaya pendidikan, minimnya lapangan kerja, dan upah yang tak sebanding dengan kebutuhan hidup mendorong banyak anak muda mencari peruntungan di luar negeri. Ironisnya, pemerintah justru sibuk dengan proyek-proyek besar tanpa menyentuh akar permasalahan ini.
Danantara: Dana Abadi atau Sumber Masalah Baru?
Presiden Prabowo meresmikan Danantara, dana abadi negara dengan aset awal $20 miliar dan proyeksi mencapai $900 miliar. Dana ini di klaim akan membiayai proyek-proyek strategis seperti energi terbarukan dan industri hilir. Namun, pengawasan dana ini melibatkan mantan presiden dan tokoh agama, menimbulkan pertanyaan tentang transparansi dan akuntabilitas. Apakah ini langkah maju atau justru membuka celah baru bagi penyalahgunaan kekuasaan?
Ekonomi Digital: Potensi Besar yang Terancam
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut potensi ekonomi digital Indonesia bisa mencapai $124 miliar pada 2025. Namun, tanpa infrastruktur digital yang memadai dan pemerataan akses internet, potensi ini bisa jadi hanya mimpi. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi di prediksi tetap di atas 5%, tetapi dengan daya beli masyarakat yang stagnan, siapa yang benar-benar merasakan pertumbuhan ini?
Ambisi Energi: Antara Kemandirian dan Ketergantungan Baru
Pemerintah memberikan lima blok minyak dan gas kepada perusahaan asing, termasuk BP dan CNOOC, untuk meningkatkan ketahanan energi. Namun, apakah ini langkah menuju kemandirian slot terbaru atau justru memperdalam ketergantungan pada asing? Sementara itu, proyek-proyek energi terbarukan masih tertatih-tatih, menunggu realisasi dari janji-janji manis pemerintah.
Kerja Sama Internasional: Strategi atau Sekadar Simbolik?
Indonesia menjalin kerja sama dengan India dan China di berbagai bidang, dari kesehatan hingga keamanan. Namun, di tengah ketegangan geopolitik global, apakah Indonesia mampu menjaga kedaulatan dan kepentingan nasionalnya? Atau justru terjebak dalam permainan kekuatan besar yang hanya menjadikan Indonesia sebagai pion?
Tahun 2025 seharusnya menjadi momentum bagi Indonesia untuk bangkit dan memperbaiki diri. Namun, tanpa keberanian untuk menghadapi realitas dan mengambil langkah tegas, ambisi besar hanya akan menjadi ilusi yang menyesatkan.